Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Menulislah, dengan itu engkau akan meninggalkan jejak jejak sejarah

Tulisan ketika dibaca dan membawa perubahan padanya, akan bermakna besar akhirnya.

Bermimpilah

Jangan biarkan ucapan orang lain menjatuhkan mimpimu. Bungkam mulut mereka dengan prestasimu.

Pendidikan itu mengubah perilaku

Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan.

You don’t have to be great to start. But you have to start to be great.

Kamu tidak harus hebat untuk memulai. Tapi Anda harus mulai menjadi hebat.

Manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi banyak orang

Kebaikan sekecil apapun akan mernakna besar bagi yang merasakannya.

Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Wednesday 1 March 2023

Puisi Tyarni Chelsya MAWAR PUTIH

MAWAR PUTIH


Hampir setiap pagi
Bunga mawar mekar berseri
Disapa lembut sinar mentari
Hingga tumbuh kelopak putih berseri.
Cantik megah tumbuh dan mekar
Mahkota jelita hiasi tudungmu
Batang bunga bergerigi bentuk manis sekali
Semilir angin lembut menggugurkan kelopak lamamu.
Mawar putih 
Warna putihmu sucikan hamparan
Luluhkan keras kepalanya hidup ini.
Puisi mawar ini akan jadi perantara
Bentuk kemurnian dan keanggunan dirimu.


Tualang,23 Februari 2023



Tyarni Chelsya Sinaga. Kelahiran Pekanbaru 2007. Tinggal di Tualang. Seorang pelajar di sekolah SMKN 1 Tualang. Sekarang baru aktif belajar puisi di Asqa Imagination School (AIS). Dapat dihubungi melalui email tiarnisinaga503@gmail.com dan IG: @tchelsyaa

Sunday 5 February 2023

Puisi Mulyati Umar


Akhir Hayat Sang Perempuan Tangguh

_ Syekhah Rahmah El Yunusiyyah

 

 

aku menziarahimu di antara  pelukan lembah

Saat lembayung senja mulai menyapa

kau penanda peristiwa 

dalam alam memeluk setiap jiwa di keheningan

yang membuai raga

di padang panjang mendahului zaman

angin rindu tak lagi mengenal

lilik yang melingkar menutup suraimu nan legam

tonggak sejarah kau pancangkan

ulah kaun yang lama tertindas

rasa muakmu akan kekuasaaan

segala pantang kau lawan

hingga dijuluki ayam betina yang berkokok

namun, jiwamu selembut kabut

tuturmu sesejuk air lubuk mata kucing

 

*

malam itu warna rembulan  jatuh menerpa wajahmu

wangi kasturi menguar dari jiwamu nan suci

di atas sajadah ada awan pekat membelah hari

datang menghadap sang pencipta

tubuhmu  pergi  dibungkus malam

kabar itu mencabik ke lubuk hati 

menyentak kuat nurani

luapan air mata bergemuruh riuh bak batang anai

mengamuk duka menikam pedih

menyentakkan napasku

 

lantunan kalimah suci mengema

hujan masih menyemaimu

‘kau yang dipanggil etek telah pergi

di lembah singgalang dan merapi

duka itu tak hanya untukmu padang panjang

menganak air mata menujahkan duka

rinyai hujan mengiringi

untaian doa tercurah dari hati

padang panjang mengadahkan tangan ke langit

 

kau telah menjadi tuah, pesanmu abadi jadi pelecut diri

“ tidak ada kerja yang  berat, jika dilakukan dengan kegembiraan yang didasarkan akan nilai kerja itu yang baik dan dibutuhkan oleh agama dan bangsa”

kau adalah Rahmah El Yunussiyyah.

 

Pekanbaru, Mei 2022

Monday 19 December 2022

Puisi Aisyah Shofwah Hamidah- SEPERTI SENJA

SEPERTI SENJA



di satu waktu, 

ia datang kepadaku

tumbuhkan harap 

di sela gersangnya hati

meriliskan lara diujung cerita

ia seperti senja, 

indah namun sementara

aku tak mudah melupakan 

sesuatu yang sudah dijalani dengan hati



Pekanbaru, 10 Desember 2022

Friday 1 May 2020

KERINDUAN

sumber foto Mulyati Umar





gurat kerinduan memanjang laksana kilatan pelangi
kau tanam setitik cahaya bergelayut di ruang matamusembari duduk di beranda rumah tua terasing ditengah hamparan hijau
namun tak mampu mengusik rasa
mengunung rindumu
ingin merangkuh namun tak tersentuh halimun berarak menabiri pagi
mata tuamu memendar pijarjiwamu hanyut dalam mimpiberkurun waktu menatap buritan hingga ujunglama kau nantikan bak bulu perindu
kasihmu tak pernah ungkaikau masih kerap berkisahsambil menunggu…sampai kapan rindu ini kautahan? 






                                                                        Situjuh Bandar Dalam, Desember 2016

Wednesday 1 May 2019

Di Surau Syeh Marzuki : jiwa-jiwa lesap dalam zikir




Karya Mulyati Umar

terkenang  tubuh  berkumuh lumpur  kala  mentari mulai beranjak petang
mengenang air mata, buncah menyesak di pusar-pusar dada
aku mengigil rindu
napas terhela begitu ganjil, rasa yang rusuh bergumal pilu

Tuesday 30 April 2019

Menapaki Jejak Hang Tuah




aku datang, kala itu ombak memecah bayu
menjamuku penuh rindu seakan mengungkapkan rasa
tumpah membasahi jiwa
aku terguguh di buritan
bibirku bergetar merangkuh sepi
membilang namamu “Hang Tuah”
kulalui jejak laksamana di Gunung Bintan
dalam bait-bait puisi

Friday 20 April 2018

Kabar dari Negeri Para Ambiya, Sampaikah Ke Telingamu?


Kabar dari Negeri Para Ambiya, Sampaikah Ke Telingamu?
                                                                                     


kabar dari negeri para ambiya, sampaikah ke telingamu
menapaki sejarah
kala al aqso, kiblat pertama kami dihujami rudalrudal zionis
anyir darah syuhada membanjiri lantai
seiring pekik takbir mengema kala maut menrengas dari tubuh para mujahid
mengaliri nadi para penurusmu…
membangkitkan semangat jihad
bangkit…
allahuakbar…

Tuesday 17 April 2018

Menembus Mimpi


Menembus Mimpi


anganku tersekat kala pekat malam
menghantarkan  secawan  gundah
bulanpun enggan melepaskan badarnya
langkahku  tersendat mengugah rasa
menikam sukma yang terpenjara
menembus batas

Tuesday 3 April 2018

Lurah Kincir jadi Saksi Bisu


 Puisi ini Mengenang Peristiwa Situjuh ( 15 Januari 1949)


1//
kisah berdarah menganak dipelupuk mata
dilurah kincir aku terdiam menujah amarah
anyir membanjiri pelanta surau tua
kala pejuang merengas nyawa
dilalap angin kematian

gemericik air pincuran  di surau terdengar sumbang
membawa duka di kala subuh menjelang
tersekat menahan sukma menghujam jantung
ragaku bergetar
pilu…


2//
Kini, kembali ku menapaki sejarah
mengenang mujahid telah syuhada
surau tua menjadi saksi bisu
kala angin berhembus menyapaku sendu
melabuhkan harap pada generasi muda
mengepakkan sayap  mengapai kejayaan





pagi ini tepat 69 tahun  Peristiwa Situjuah
15 Januari 2018

Tuesday 27 March 2018

Puisi Simfoni Nurani


Simfoni Nurani


*
ku menyusuri jejak kotamu dikala jingga menjemput janji
merajut muasalmu, Blambangan mengandung cerita nan esotis
menumpahkan darah kala gundah tak tertahan
kau ungkap kisahmu nan menyanjung marwah
sungguh, mengelitik insan menjejaki tanah leluhurmu
menyingkap nurani
membilang tentang kisah namamu - Banyuwangi.


*
di sini aku menguratkan cerita tentang si api biru dari bibir kawah
memikat penjelajah dari kejauhan
hingga dirasuki kerinduan
kuseret buih buih rindu
aku rela meneteskan peluh menelusuri hutan cemara yang berbisik lirih
mengantarkan insan melepaskan hasrat mengelora
banyu biru kehijauan membentang dalam laut  kasih
riakmu menyeruakkan alunan simponi
mendebur raga, bercumbu dalam malam gelapnya
menikmati panggung teater alam dalam kuluman cahaya
meliuk-liuk laksana bedaya
menghantarkan rinduku hingga terdampar dilembah yang damai


*
ku telusuri jalan dalam keheningan meski banyak rintang
kau sajikan sulfur  menghadang
lembah berliku membentangkan aroma kematian
sungguh menakutkan
seakan napasku menderu ragu
namun hasratku makin merindu
aroma keabadian sedang menunggu
seiring senja mulai menangis
kupetik sekuntum adelweis
tersimpul sejuta rasa
hasratku tunai sudah

*
kala mentari melayung jingga ada damai dalam kalbuku
gemericik air terdengar syahdu
hamparan sawah  nan hijau
mengelitik ruang rinduku yang lama hampa
kutumpahkan segala rasa disetiap denyut nadiku padamu
Banyuwangi…

Pekanbaru, Maret 2018



Sunday 28 January 2018

Mengapai Hidayah

Mengapai Hidayah
( Mulyati Umar)

Hati yang berselimut kabut
Gelap ...
Dingin tak berasa
Beku...
kaku
hampa
kosong

sebuah titik cahaya
jauh...
mulai mendekatiku
sinarnya mulai menyinari
ruang kosong disudut paling dalam
gelap yang mulai bersinar
redup...
kemudian ...
bersinar  terang..

memancarkan cahaya indah
membuka hati 
mengisi ruang gelap
mulai terang

rasa syandu menyenandungkan asmaNya
Getar indah alunan



                                            Pekanbaru, 6 Juni 2017

Wednesday 24 January 2018

Hujan Perangkai Asa

Hujan Perangkai Asa
Karya  Mulyati Umar             

Kemarau panjang tak berkesudahan
Menunjukkan wajah cerah yang merekah
Menciptakan hamparan tandus
Meninggalkan debu yang menderu
Menyajikan fotamorgana
Memberikan asa yang hampa

Kering kerontang menyisakan dahaga
Gerah yang mendera
Menyusupkan sesak didada
Mengugurkan keteduhan
Melemahkan ilalang nan gemulai
Melambai meniupkan nada nan sumbang
Menyenandungkan irama nan mulai parau
Sayup dibawa angin kering
Hilang ditelan kesunyian yang membara

Wajah cerah berubah kelam berselimut awan pekat
tak sabar menumpahkan rasa yang lama hilang
Menjanjikan kesejukkan sejuta rasa
Yang akan memberikan asa yang  lama hampa
Mengeliat tubuh yang layu

Titik- titik kesejukkan tumpah membawa senyuman
Menyirami raga nan dahaga
Membangkitkan tubuh lemah
Tetes demi tetes memberi alunan nan indah
Melodi rintik menciptakan irama
Besenandung dalam lubuk sanubari
Syahdu merangkul rasa dengan senyuman
Meraih asa yang lama terkubur
Membuka ruang rindu yang terpendam
Membangkitkan semangat nan mengelora

Memberi rahmat bagi sekalian alam
Engkaulah hujan....



Pekanbaru, 14 Juni 2017

Rohingya Berdarah

Rohingya Berdarah
( Mulyati Umar)

Rohingya bak negeri di rimba belantara
Sang ratu kehilangan rasa
Kehausan kekuasaan abadi
Sang ratu terlena

Sang ratu bak singa terluka
Mengeluarkan taringnya
Haus  darah rohingya
Bocah kecil tak berdosa
Jeritan….
Tangis…
Ratapan…
Lapar…
Dahaga…
Terhenti diujung peluru
Kaki tangan sang ratu

Penguasa makin durjana
Rohingya…
Dibantai…
Dibunuh…
Disiksa…
Sang ratu menjelma jadi kanibal
Tak berprikemanusian demi tahta

Ulah sang ratu…
Nuraniku terusik..
Bathinku menjerit…
Ragaku tercabik…
Melihat saudaraku  Rohingya…

Untaian doa dari seantero jagat
Berkumandang untukmu para syuhada’ Rohingya
Jangan gentar…
Perjuanganmu belum usai
Kami bersamamu
Demi tegaknya keadilan
Untuk masa depan bocah kecil
Meraih mimpi indah  suatu hari nanti
Demi ibu pertiwi…



                                Pekanbaru, 9 september 2017