Orang kaya, ketika kita mendengar tentang orang kaya, yang pertama kali
terlintas di benak kita adalah orang-orang yang punya banyak uang, banyak
harta, banyak warisan dan tentu saja hidup di sekitar banyak fasilitas mewah. Punya
mobil mewah, rumah indah, dan memiliki pendapatan atau gaji tinggi. Inilah yang
kita bayangkan ketika kita memandang “siapa yang kaya?”
Setiap
orang bermimpi menjadi orang kaya, yang terlintas pertama kali di benak kita
adalah kita harus mempunyai uang yang banyak agar bisa membeli berbagai
fasilitas mewah dalam hidup yang menjadi tolak ukuran kekayaan pada masyarakat
saat ini. Pandangan ini terkesan terlalu materialistis, tapi, inilah yang
terjadi. Berangkat dari fenomena di atas,muncul pertanyaan dalam diri sendiri: Apa hakikat kekayaan?
Mungkinkah kekayaan itu ada banyak jenisnya?
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda;
“Bukanlah
kekayaan itu kaya harta, tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi Juz 4 : 2373. Hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ : 5377)
Coba kita cermati, ada dua khazanah yang disebutkan dalam redaksi hadis
di atas. Dua macam kekayaan itu adalah harta dan hati. Karena pada hakikatnya nampaknya
semua macam atau tipe kekayaan yang ada berasal dari kedua jenis kekayaan
tersebut. Kalau dilihat dari jenis kekayaannya, kekayaannya harus moderat, dan
kekayaan batinnya harus sekaya mungkin.
Oleh karena itu, keberlimpahan batin harus diutamakan. Kaya hati dan
memiliki berbagai sifat mulia. Kaya hati dan baik budi pekertinya. Seperti hati
yang sabar, mau jujur, amanah, toleran, dermawan, rendah hati, qanaah, kauf dan
raja', serta hati yang senang membawa kebahagiaan bagi saudara-saudaranya.
Maka kekayaan sejati terletak pada hati yang dipenuhi sifat-sifat terpuji, bukan hanya pada penguasaan kekayaan dalam jumlah besar. Jika hatinya juga baik, maka hartanya akan digunakan untuk amal shaleh. Hatinya selalu dipenuhi kecemasan dan ketakutan akan kehilangan harta benda. Oleh karena itu, jika ukuran kekayaan hanya berupa harta benda tanpa ada kekayaan hati, maka sungguh ia berada dalam keadaan yang menyedihkan bisa berujung pada azab Allah dan jauhnya rahmat-Nya.
Biarkan kekayaan cukup. Selama kamu punya cukup harta di tanganmu, jangan biarkan itu masuk ke dalam hatimu. Lalu, jika harta itu hanya ada di tangan, maka tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Sebab jiwa harus diperkaya dan disucikan dengan akhlak yang tinggi. Jadi, jika kita melihat lebih luas lagi pertanyaan tentang kekayaan, sebenarnya ada beberapa jenis kekayaan. Setidaknya ada lima macam kekayaan, yaitu: kaya pikiran, kaya ilmu, kaya karya, kaya teman, dan terakhir kaya harta. Kekayaan didahulukan, kekayaan datang kemudian.
Jika
seseorang mempunyai hati yang baik, maka ilmunya akan bertambah (kelimpahan
ilmu). Sebab dia akan rajin mencari ilmu. Jika ilmunya bertambah, maka ia akan
semakin bermanfaat bagi orang lain melalui berbagai karyanya (karya yang kaya).
Jika orang itu semakin banyak membawa manfaat bagi orang lain, maka semakin
banyak pula orang yang menyukainya, sehingga temannya pun akan bertambah
(semakin kaya teman). Terakhir, Allah akan memudahkan jalannya untuk bertahan
hidup karena koneksi sosial yang luas. Salah satu bentuknya adalah kekayaan
(kelimpahan kekayaan) yang diberikan kepadanya.
Jadi
intinya, Anda tidak bisa asal mencari harta karun saja, Anda harus mencarinya
terlebih dahulu. Karena jika kita melakukannya kita tidak akan kaya jiwa,
pengetahuan, pekerjaan, dan teman. Semuanya harus dilakukan secara berurutan
sesuai nasehat agama. Subhanallah. Jika kita melihat hadis Nabi di atas,
sebenarnya inilah yang harus kita cari, terkait dengan hakikat kekayaan.
Singkatnya, kekayaan bukanlah materi, juga bukan sekadar properti. Padahal ada baiknya kita mempunyai kekayaan yang cukup. Tapi ini bukanlah kekayaan yang sesungguhnya. Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji. Sekali lagi, yang penting adalah hati, bukan materi. Terakhir, sebagai saran, umat Islam harus kaya. Namun kekayaan yang harus dikejar terlebih dahulu bukanlah kekayaan harta melainkan kekayaan jiwa.
Semoga ini bermanfaat.