Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Sunday 27 December 2020

Sebuah Film Inspiratif “Taare Zameen Par” di Pandang dari Sisi Psikologi Pendidikan

 

Film inspiratif  dengan judul “Taare Zameen Par” yang disutradarai oleh Amir Khan merupakan film yang sangat inspiratif. Cerita dalam film ini benar-benar sangat menyentuh, dan secara eksplisit menggambarkan tentang realita pendidikan yang terjadi pada anak, baik dalam sektor keluarga (orang tua) maupun sekolah (guru).




Setiap anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri, mereka memiliki impian dan ketertarikan yang berbeda, dan tentu tidak sama dengan orang lain termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap egois yang ada pada orang tua, sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan dan dihadapi oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, masih banyak orang tua yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa yang dapat diraih oleh orang lain secara umum.

Pemahaman Terhadap Pendidikan, Berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan.

Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa. Berdasarkan paparan di atas, jelas sekali terlihat bahwa penting sekali untuk memperhatikan dasar dan tujuan dari pendidikan sebab dari sinilah mau ke mana si anak didik akan di bawa dan di arahkan.

Bahkan biasanya dasar dan tujuan inilah juga merupakan karakteristik pendidikan suatu bangsa, yang membedakannya dengan bangsa-bangsa yang lainPraktik pendidikan yang terjadi di sekolah formal pun tak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang datang dari para siswa. Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalah pihak yang paling tahu dalam proses pembelajaran.

Zaman telah berubah, sumber informasi ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa terjadi dengan pola interaksi yang terjadi secara timbal balik dari guru-siswa, maupun siswa-guru. Pertukaran informasi itulah, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa. Kemampuan mengelola proses pembelajaran juga harus disertai dengan kemampuan guru dalam memahami karakteristik setiap siswa.

 Pemahaman terhadap karakter setiap siswa dapat membantu guru dalam menentukan metode dan strategi belajar yang tepat. Setiap anak itu unik, mereka memiliki cognitive style yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak sepatutnya jika guru menerapkan metode yang selalu sama dalam proses pembelajaran. Jika keadaan ini terus dilakukan, maka penyampaian informasi dalam dunia pendidikan tidak akan merata, sebagian pihak diuntungkan dengan metode itu, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar. Sedangkan siswa yang lain akan nampak sebagai siswa yang tidak mampu, terbelakang, malas dan berbagai labeling negatif lainnya, yang belum tentu tepat dengan keadaan mereka.

SINOPSIS “TAARE ZAMEEN PAR”

Film ini bercerita tentang anak berkebutuhan khusus bernama Ishaan Awasthi. Ishaan adalah seorang anak berusia 8 tahun dan tidak menyukai sekolah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Ishaan selalu buruk dan selalu gagal dalam setiap ujian. sehingga Ishaan sering sekali mendapat hukuman dari guru-gurunya disekolah dan menjadi korban bullying teman-teman sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu mendapatkan labeling negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh, idiot, tidak tahu malu dsb.

Ishaan merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak Ishaan yang bernama Yohaan adalah seorang pelajar yang sukses, baik dalam soal pelajaran maupun dalam bidang olah raga. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang setiap saat merasa kesulitan dan frustasi karena ketidakmampuannya dalam membantu Ishan. Sedangkan ayahnya adalah seorang eksekutif sibuk yang sukses dan mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya.

Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun sering sekali merasa kebingungan dalam mengajari Ishan ketika di rumah. Ishan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan sangat mudah, sedangkan Ishan sangat sulit untuk melakukannya.

Di samping itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Setiap perilaku negatif yang dilakukan oleh Ishaan dan itu diketahui oleh Ayahnya, maka Ishan dipastikan memperoleh “punishment” dari sang Ayah. Jika ini sudah terjadi baik Ibu maupun Yohaan kakaknya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu anak dan adik yang disayanginya.

Di sisi lain, Ishaan mempunyai kelebihan yaitu seni. Daya imajinasi Ishaan sangat bagus sehingga bisa menghasilkan lukisan yang luar biasa. Kelebihan ini yang tidak tampak oleh orang lain. Keluarganya mengetahui bakat Ishaan ini tapi tidak menganggapnya sebagai suatu kelebihan. Sehingga cara pandang Ishaan dianggap sebagai suatu hal yang aneh dan tidak biasa.

Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi Ishaan itulah ayahnya bermaksud mengirimnya ke sekolah berasrama. Ishaan yang tidak menyukai sekolah berusaha membujuk kedua orang tuanya untuk tidak mengirimnya ke sekolah tersebut. Tapi ayahnya bersikeras tetap mengirimnya dengan alasan untuk kebaikan Ishaan sendiri. Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman orang tua terhadap anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut. Anggapan ini diperjelas dengan gaya dan sikap mengajar guru disekolah tersebut yang cenderung keras dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan.

Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).


Guru baru ini mempunyai metode mengajar yang sangat berbeda dengan guru-guru yang ada disekolah tersebut. Hal ini membuat Nikumbh sangat disukai oleh para siswa, tapi tidak oleh Ishaan. Keanehan ini membuat Nikumbh berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan Ishaan. Sampai pada suatu waktu ketika Nikumbh sedang berkumpul di ruang guru dan para guru membicarakan tentang Ishaan bahwa Ishaan adalah anak bodoh yang tidak bisa menulis dan membaca. Terdorong oleh rasa ingin tahu Nikumbh lalu melihat semua buku tulis Ishaan dan akhirnya ia menyadari bahwa Ishaan ternyata mengalami Dyslexia.

Oleh sebab itu, Dia membuat orang tua dan guru lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Hingga akhirnya Ishaan dapat membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas bakatnya. Lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan oleh seluruh siswa dan orang murid yang hadir.


Ini film yang cocok untuk keluarga dan pantas ditonton bersama. Memberikan pendidikan yang baik, bagaimana mendidik anak, bagaimana mengarahkan anak dan memahami apa masalah yang anak alami. Kemudian memberi pelajaran bagi anak, agar tidak putus asa. Film ini dipastikan membuat air mata mengalir, sangat menyentuh. Apa yang ditampilkan sederhana, namun contoh-contoh yang ditampilkan begitu mengena karena pada kenyataannya itulah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Film ini juga cocok untuk calon guru atau pendidik. Kenapa harus menonton? Agar jadi guru yang mengajar dengan hati. Contohlah guru dalam film ini, maka  sudah pasti jadi guru yang disenangi anak-anak didiknya.

Oleh karena itu, penulisan ini dilatarbelakangi pentingnya sebagai orang tua dan guru untuk memahami konsep “every child is special” secara mendalam, sehingga ketika berhadapan dengan seorang anak, tidak akan mengalihkan “beban” ambisi tak tercapai kepada sang anak, serta tidak pula memaksakan tuntutan dunia untuk serba sempurna. Mulyati Umar

0 comments:

Post a Comment