Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Monday 19 December 2022

API RIMBA: MENGHAYATI BELANTARA TULISAN

Resensi Buku




 Judul : Api Rimba: 11 Cerpen Rian Harahap

Penulis : Rian Harahap

Cetakan : Pertama, November 2022

Tebal : vi + 82 halaman

ISBN : 978-623-446-406-1

Penerbit : LovRinz Publishing, Cirebon

Dalam suatu kehidupan setiap anak manusia, tentunya mempunyai tujuan masing-masing dalam mencari dan mencapai serta menghayati tujuan kehidupan. Kehidupan merupakan pembelajaran dalam setiap gerak langkah kehidupan seseorang termasuk setiap anak Indonesia yang menjejakkan kakinya di bumi Nusantara nan indah dan kaya raya ini.

Setiap profesi yang dijalani oleh seseorang, juga menjadi hikmah dan pelajaran yang seseorang dapat petik dan ambil agar dalam melangkah ke depan, sesuai dengan impian dan keinginan dalam arti untuk hal-hal yang penuh dengan kebaikan. Kebaikan yang menjadi amal ibadah yang berasal dari kesungguhan dan ketulusan hati.

Seorang anak manusia, pecandu kopi hitam, penikmat teater, dan penulis cerpen bernama Rian Harahap mengerti bahwa tulisan mampu menjadi pembawa semangat melalui untaian kata dan bingkai kalimat yang mampu membuat pembaca menjadi diaduk-aduk perasaannya melalui 11 cerpen dalam buku yang renyah ini.

Kesebelas cerpen ini hadir ke tengah-tengah pembaca sebagai cara penulis untuk merayakan 11 tahun kepenulisannya di berbagai media massa dan berbagai perlombaan yang diikuti di tengah petualangan kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang pembelajar dari hati yang paling dalam.

Cerpen-cerpen yang hadir dalam bukunya dihadirkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mampu membuat para pembaca berpikir tentang kekayaan kosakata dalam berbahasa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga para pembaca pun belajar untuk dapat kosakata baru yang memperkaya khazanah berbahasa dalam keseharian.

Tulisan-tulisan penulis disarikan dan disajikan dengan perasaan serius yang datang dari pemikiran penulis yang mampu melihat hal-hal penting sebagai bentuk kecintaan kepada dunia literasi yang telah dihayatinya dengan perasaan mendalam sehingga menghasilkan berbagai karya tulis yang dari tahun ke tahun selalu dikenang di sepanjang jalan kenangan bernama keabadian tulisan.

Buku penulis yang juga didapuk sebagai Ketua Jaringan Teater Riau 2022 – 2024 dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Kota Pekanbaru 2020 – 2025, diberikan kata pengantar oleh Fedli, Ketua Umum Dewan Kesenian Kota Pekanbaru 2020 – 2025. Fedli menyatakan bahwa (hlm. iii), cerpen-cerpennya yang mengalir baik empat sungai besar di Riau. Sebuah pernyataan yang dihadirkan sebagai bentuk kesukaan kepada dunia literasi.

Untaian kata dan untaian kalimat saling membingkai dalam setiap cerpen yang hadir dalam buku ini. Asas lokalitas yang ada dalam buku ini merupakan suatu bagian yang integral dan menyatu dalam bangsa dan negara Indonesia. Sebuah kekhasan daerah yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Ibu Pertiwi, Indonesia Raya.

Dalam cerpen Api Rimba, Rian Harahap menulis tentang tanah ulayat pada suatu suku yang ada di Provinsi Riau. Industrialisasi yang berkembang dalam beberapa hal mempunyai banyak pengaruh terhadap keadaan lingkungan hidup dan ekologi serta ekosistem lingkungan itu sendiri. Secara satir, Rian Harahap juga menulis secara otentik tentang kebijakan korporasi yang kurang berpihak pada masyarakat dan lingkungan hidup itu sendiri.

Padahal, manusia dan alam saling membutuhkan dan yang paling utama lingkungan hidup dilestarikan sebagai bentuk penghormatan kepada alam yang merupakan ciptaan Tuhan Maha Pemurah untuk kepentingan umat manusia.

Dalam cerpen berjudul ‘Malapetaka Wak Labu’, Rian sebagai penulis mengkritik dan memberikan tamparan telak bagi kita bahwa ranah politik telah masuk dan menyusup ke dalam ruang yang seharusnya steril dari berbagai pengaruh. Ruang tersebut adalah sendi kehidupan beragama. Rian menyajikan analogi Wak Labu sebagai tokoh yang getol untuk meraup kuasa dan melambungkan namanya melalui pembangunan rumah ibadah. Wak Labu sebenarnya bukanlah tokoh fiksi karena sejatinya orang seperti Wak Labu dapat dan bahkan jamak ditemui dalam kehidupan sehari-hari terutama mereka yang ingin melalui politik jalan lintas alias politik yang tidak mengutamakan proses berjuang dari bawah untuk akar rumput.

Wajah cerpen hari ini lebih sering ditemui tentang romansa picisan yang mengedepankan percintaan anak muda serta hal-hal yang remeh. Buku Rian ini berisi cerpen-cerpen yang berisi satir dan sarkas terhadap kehidupan dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga membuat para pembaca turut berpikir untuk kepentingan bersama. Spirit Riau hari ini berbicara mengenai supremasi kultural dan kejayaan sumber daya alam untuk kepentingan masyarakat Riau sebagai yang paling berhak untuk mendapatkan hasil kekayaan dari perut bumi Provinsi Riau.

Cerpen-cerpen ini merupakan bentuk kecintaan penulis kepada Indonesia karena penulis yang berprofesi sebagai guru SMA ini, menghadirkan kekayaan kata dan kekayaan kalimat yang membentuk tulisan-tulisan cerpen yang cerdas. Penulis juga telah menerapkan kesungguhan tulisan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mengaduk-aduk perasaan sehingga para pembaca ikut hanyut perasaannya membaca cerpen-cerpen Rian Harahap sebagai bentuk penghayatan kepada kekuatan tulisan.

Jimmy Frismandana Kudo
Alumni Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
frismandana@yahoo.co.id


0 comments:

Post a Comment