Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Thursday 25 January 2018

Antropologi dan Pendidikan Dasar

Antropologi dan Pendidikan Dasar
A.    Pengertian Antropologi Pendidikan
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial (wikipedia)Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara diluar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: sistem mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb).
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli Antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalamantropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahliantropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu  antropologi  fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan  berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Antropologi mempelajari cara atau kebudayaan manusia. Jadi dalam sosiologi dan antropologi pendidikan ini menjadi sebuah kesatuan dimana ini menjadi acuan bagi para calon pendidik untuk bisa melaksanakan proses belajar mengajar dengan mudah kerena mengetahui cara yang tepat menangani dan mendidik peserta didik karena pendidik sudah mengetahui tata cara atau kebiasaan – kebiasaan peserta didik dan keluarganya serta mengetahui kebudayaan masyarakat sekitar. Korelatif (hubungan) Sosiologi Pendidikan terhadap Antropologi Pendidikan Sosiologi dalam perannya di sistem pendidikan ditunjang oleh antropologi.
Dalam system pendidikan berkaitan dengan pemberian pendidikan untuk mengarahkan peserta didik agar berbudaya dengan sebagaimana mestinya, mensosialisasikan mengenai perbedaan ciri fisik, warna kulit serta berbagai hasil kebudayaannya hingga kelak peserta didik menjadi mampu untuk hidup secara layak dengan social yang tinggi dalam masyarakat, kemudian interaksi yang sesuai diajarkan sesuai dengan norma atau tatanan dalam masyarakat (kontrol sosial), tata kelakuan dan cara bersikap atau berinteraksi di masyarakat,di sekolah dan dalam keluarga, mengenalkan peserta didik akan status sosial dan tingkatannya untuk diaplikasikan dalam masyarakat di masa depan. Hubungan social antar masyarakat bertalian erat dengan norma kebiasaan dalam masyarakat (kehidupan berbudaya), semua itu diharapkan selaras dengan pola interaksi pada masyarakat dan kesesuaiannya dalam budaya masyarakat. Penerapan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan khususnya pada Pendidikan Dasar Sosiologi dan antropologi pendidikan diterapkan dalam pendidikan dasar diantaranya :
1.      Mengajarkan cara bersikap terhadap teman orang tua dan orang lain, · Mengenalkan pada siswa berbagai macam kebudayaan,
2.      Mengenalkan adanya status social, tanpa mempermasalahkan perbedaan tersebut, · Menerapkan kebudayaan di dalam lingkungan sekolah, ·
3.      Mengajarkan tradisi daerah setempat, dengan harapan siswa mampu meneruskan tradisi nantinya, ·
4.      Sebagai seorang guru harus menjalankan peranan guru dengan sebaik – baiknya, · Mengenai kepribadian guru harus benar benar baik, karena kepribadian guru sangat menentukan kelakuan siswa, ·
5.      Guru benar –benar mengenal kebiasaan anak, sehingga kita sebagai guru akan lebih mudah menyikapi siswa.
Perlu dipahami mengenai faktor – faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bekaitan dengan organisasi sekolah, terutama system pendidikan di masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat, Beberapa contoh mengenai sekolah dasar adalah sebagai kontrol social Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dimana dalam lembaga tersebut dibentuk kepribadian mulai dini, apa yang diajarkan pada anak usia sekolah dasar sangat – sangat mempengaruhi kepribadian dan moral anak tersebut dimasa yang akan datang. Contohnya dengan membentuk jiwa yang disiplin pada anak maka paling tidak anak – anak dengan sendirinya mengaplikasikan sifat disiplin yang dia miliki (yang sudah terbentuk melalui kebiasaan di sekolah) di dalam masyarakat. Dikatakan bahwa sekolah sebagai lembaga yang mampu memperbaiki moralitas bangsa, pembentukan karakter dan kepribadian manusia seutuhnya bermula dari usia sekolah dasar, dimana mulai awal anak masuk ke dalam lembaga pendidikan ini sudah dikenalkan dan diajarkan mengenai perilaku baik maupun buruk beserta dampak negatif maupun dampak positif dari masing – masing perilaku tersebut.

B.  Kebudayaan dan Pendidikan Dasar
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
 Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. 
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
C.  Kebudayaan dan Kepribadian
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1.      Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa)
2.      Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang
3.      Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi
4.      Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya
D.    Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi baru.Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Contoh transmisi budaya : Budaya indis yang berkembang subur pada abad ke-18 sampai abad ke-19, dan berpusat di wilayah-wilayah tanah partikelir dan di lingkungan Indische landhuizen. Pada permulaan abad ke-20 kebudayaan ini bergeser ke arah urban life seiring dengan hilangnya pusat-pusat kehidupan tersebut. Pergeseran Budaya Indis menjadi Urban Life menjadi  transmisi budaya yang nyata dalam kehidupan masyarakat zaman dulu. Ada seuatu perubahan kebudayaan dari Indis menjadi kota (urban).
Kelompok-kelompok pemukiman, sesuai dengan lingkungan kelompok-kelompok suku, terpisah dengan jelas. Dalem kabupaten sebagai replica rumah penguasa tertinggi pribumi (raja) menghadap ke alun-alun dengan pohon beringin di tengahnya. Di sekitar dalem kabupaten terdapat rumah asisten residen atau kontrolir. Tidak jauh dari alun-alun terdapat gedung pengadilan, rumah penjara, gedung garam dan candu, kantor pos telegraf telepon (PTT) dan rumah para pejabat kabupaten baik pejabat eropa atau pribumi lainnya.
1.       Bentuk-bentuk Transmisi Budaya
a.       Akulturasi
Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok  manusia  dengan  kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak ata pemaparan langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam menetap di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipngaruhi oleh kultur Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
b.      Sosialisasi
Sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuahkelompok atau masyarakat. Sejumlah  sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
c.       Enkulturasi 
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka. Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar. sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir dengan sendirinya. Proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan Enkulturasi.  Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.
2.       Pengaruh Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
a.       Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu. Enkulturasi   mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
b.      Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu. Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Akulturasi terjadi karena sekelompok orang asing yang berangsur-angsur mengikuti cara atau peraturan di dalam lingkup orang Indonesia.
c.       Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu. Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
3.    Awal Masa Perkembangan Dan Pola Kelekatan (Attachment) Pada Ibu Atau Pengasuh
Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya.

E.     Implementasi Antropologi dalam Pendidikan Dasar
Di dalam sekolah dasar sumber daya manusia terus menerus diasah dan diberikan ilmu serta pengarahan dengan harapan jika mereka kelak terjun langsung di masyarakat mereka akan memiliki kepribadian yang kuat hingga mampu mencapai kemajuan sosial. Norma dan nilai yang berlaku di masyarakat juga akan diajarkan di sini sehingga mereka mampu untuk bersikap sebagaimana mestinya di lingkungan masyarakat sesuai dengan norma – norma yang berlaku dalam suatu kelompok (masyarakat) tersebut. Dalam pendidikan dasar memiliki tujuan membentuk manusia yang berjiwa sosial , serta dapat menyelesaikan masalah – masalah sosial sesuai dengan tata cara yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai guru ada bebrapa cara untuk mengembangkan hubungan sosial secara sehat di dalam lingkungan sekolah senantiasa mengenalkan pada anak-anak mengenai perbedaan, dalam artian positif, mengajarkan cara menyikapi perbedaan dan mengarahkan anak agar bisa berjalan slaras meski adanya perbedaan. meminimalkan jarak antara anak yang memiliki status sosial yang berbeda dengan anak -anak yang lainnya selalu memberikan pengarahan untuk tidak mengucilkan salah satu teman mereka apaun yang terjadi menunjukkan indahnya kebersamaan kepada anak -anak sebagai guru tidak bersikap over protektif terhadap para siswa, tetapi selalu mengingatkan jika ada kesalahan yang dilakukan siswa. sering mengadakan kompetisi dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan bersama dengan kelas lain.
Dan dari situ bisa kita tanamkan sportifitas sehingga meminimalkan perselisihan antar siswa. Mengembangkan hubungan sosial di kelas secara efektif sehingga membuat pembelajaran menjadi bermakna. Dengan sering menggunakan metode permainan yang membutuhkan kekompakan (dalam bentuk kelompok) dalam pembelajaran , menurut pendapat saya itu sangat membantu para siswa untuk bersikap solid untuk memenangkan kompetisi atau lebih unggul dari kelompok lain. mungkin dengan adanya “reward” akan lebih memacu siswa untuk terus mempertahankan kekompakannya. Perlahan lahan itu akan terus teringat oleh siswa.Bahkan di luar lingkungan sekolah pun akan di lakukan oleh teman – teman sebayanya. Mengajak siswa bermain peran dalam pelajaran tematik misalkan (peran guru, polisi, dokter dsb) ditekankan pada hubungan profesi mereka dalam kehidupan sehari – hari
Dari pengertian sosiologi yang dipaparkan di atas pendidikan yang berlandaskan antropologi khususnya di Indonesia sangat dibutuhkan karena keadaan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa dengan adat-istiadat, kebudayaan dan bahasa yang beragam tentu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari latar antropologi. Namun, pada kenyataanya kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini masih terkesan bersifat sentral. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologik dalam pendidikan secara mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Di satu pihak, sentralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan prosesi belajar, namun tanpa memperhatikan latar belakang budaya daerah keluaran pendidikan tersebut tidak akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya pengembangan kurikulum muatan lokal pada kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan pentingnya tinjauan latar sosial antropologik dalam pendidikan (Soedomo, 1990).








Daftar Pustaka
Hamidi, 2009. Filsafat Pendidikan, Pekanbaru: Cendikia Insani Pekanbaru
Penney Upton, 2012. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Gelora Aksara Pertama.
Syahrilfuddin,Mahmud Alpusari,  2009. Psikologi Pendidikan, Pekanbaru : Cendikian Insani
Singgih D Gunarsa, 2012. Dasar-Dasar dan Teori Perkembangan Anak,Jakarta: Penerbit Libri
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Kencana

0 comments:

Post a Comment