Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Menulislah, dengan itu engkau akan meninggalkan jejak jejak sejarah

Tulisan ketika dibaca dan membawa perubahan padanya, akan bermakna besar akhirnya.

Bermimpilah

Jangan biarkan ucapan orang lain menjatuhkan mimpimu. Bungkam mulut mereka dengan prestasimu.

Pendidikan itu mengubah perilaku

Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan.

You don’t have to be great to start. But you have to start to be great.

Kamu tidak harus hebat untuk memulai. Tapi Anda harus mulai menjadi hebat.

Manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi banyak orang

Kebaikan sekecil apapun akan mernakna besar bagi yang merasakannya.

Rabu, 05 November 2025

Lapak Baca Gratis Suatu Upaya Menumbuhkan Minat Baca Anak


C:\Users\hp\Downloads\WhatsApp Image 2025-09-28 at 12.13.57.jpeg

(Dokumentasi Rumah Baca EHJ)


Efry Husin Juani- Budaya literasi merupakan hal yang penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, hingga pada akhirnya nanti akan membentuk bangsa yang unggul dan berkualitas. Melalui kegiatan berliterasi, seseorang telah mempunyai bekal untuk menghadapi tantangan yang ada pada saat ini maupun tantangan yang akan datang di masa depan. Sebab, kegiatan berliterasi juga akan berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dalam membaca situasi dan peluang yang ada, sehingga seseorang akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan kedepannya (Zainal Abidin, 2020).

Lapak Baca Gratis adalah salah satu inisiatif yang sangat positif untuk menumbuhkan minat baca, terutama di kalangan anak-anak. Konsep ini terlihat sederhana namun cukup efektif karena menyediakan area atau ruang khusus di suatu tempat, di mana anak-anak dapat membaca buku secara gratis. Lapak Baca Gratis memiliki berbagai tujuan yang sejalan dengan Gerakan Literasi Nasional yang telah diinisiasi pada tahun 2015.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Pedoman Penilaian dan Evaluasi Gerakan Literasi Nasional (2017) menyebutkan bhawa Gerakan Literasi Nasional merupakan sebuah usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan pemahaman, pengetahuan,dan keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21 melalui keterlibatan dan partisipasi seluruh warga negara Indonesia. Gerakan Literasi Nasional mengembangkan enam jenis literasi yang dibutuhkan untuk hidup pada abad ke-21. Keenam jenis literasi itu adalah literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi kewargaan. 

Lapak Baca Gratis yang diselenggarakan oleh Rumah EHJ di Desa Sungai Putih telah menunjukkan dampak positif dalam meningkatkan minat baca anak-anak di beberapa lokasi, salah satunya adalah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Modern Desa Sungai Putih. MI Modern sendiri memang belum memiliki ruang perpustakaaan khusus karena masih terfokus pada pembangunan gedung sekolah secara bertahap, saat ada kunjungan Lapak Baca Gratis, anak-anak MI Modern sangat antusias untuk memilih berbagai macam buku yang telah disediakan. Ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, Lapak Baca Gratis dapat menjadi alat efektif untuk mempromosikan literasi di kalangan anak-anak.  

Tulisan karya peserta lokakarya Menulsi Artikel yang diselenggarakan Rumah Baca Mentari sago

Mari Kita Hakimi Perayap Besi di Pekanbaru



kalau cerdik tidak beriman, 
lambat laun menjadi setan
kalau pandai tidak beradat, 
lambat laun hidup kan sesat
kalau berilmu tidak bertakwa, 
banyaklah kerja tidak berfaedah
kalau berilmu tidak beragama,
 banyaklah kerja tidak semenggah.

Sejatinya, bagi siapa pun yang berpijak di bumi Lancang Kuning, pedoman hidupnya tak lain adalah Tunjuk Ajar Melayu. Budayawan terkenal di Riau. Namun dirasa sangat tepat sekali Tunjuk Ajar diatas menggambarkan kemirisan pada kota ini, iya kota Pekanbaru. Mari kita kilas balik apakah kalian masih ingat, berita yang ditulis RiauPos pada awal Februari 2025 bahwa besi-besi Tugu Zapin di pusat kota Pekanbaru kembali hilang? Lalu ada juga tiga hari yang lalu cakaplah.com menginformasikan berita buruk seharusnya ini tidak terjadi, media cakaplah.com menulis dengan berjudul “Diduga Digondol Rayap Besi, RPPJ di Jalan Sudirman Pekanbaru Hilang”. Penggondolan Rambu Pendahuluan Petunjuk Jurusan hilang digondol manusia yang pikirannya disetir oleh kelaparan perut hingga melalukan hal yang tercela. Ada pula lagi-lagi saya paparkan dari media Cakaplah.com menuliskan dengan judul “Marak Pencurian Besi Fasilitas Umum, DPRD Pekanbaru : Ada Kelalian”. Miris sekali tidak Sumber Daya Manusia kita?

Tetapi apakah benar hanya masalah pencurian saja, ataukah cermin yang memantulkan rapuhnya kualitas manusia kita? Tugu yang mestinya dijaga, fasilitas umum yang pada dasarnya milik bersama justru  malah tercecer, dipreteli oleh tangan yang haus pada rongsok, oleh pikiran yang  jauh pada sentuhan cahaya pendidikan. Fasilitas Umum habis di Rayap oleh mereka yang sedang kehausan dan kelaparan bukan?. Mana yang lebih penting menurut kalian cara menangani masalah diatas? Apakah dengan memberi pagar yang lebih tinggi pada sekeliling Tugu Zapin tersebut? Atau Memperbaiki pembangunan semakin megah atau kita sepakti saja yang perlu diperbaiki yaitu Sumber Daya Manusia yang lebih bermatabat.

Dok. Riaumandiri.com


Kejadian hilangnya besi-besi Tugu Zapin, Fasilitas Umum bukan sekedar lambang  kota Pekanbaru, bukan hanya masalah kerugian proyek saja, tetapi kita perlu menyadari bahwa kejadian ini mencerminkan rendahnya moral dan akhlak manusia kita, solusi dari masalah ini semua bukan hanya pembangunan Tugu Zapin, Fasilitas Umum yang diperbaiki lebih indah, lebih megah agar kota terlihat lebih bermarwah, tetapi kita perlu memperbesar investansi dalam pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan manusia yang penuh rasa tanggung jawab menjaga warisan, lambang budaya agar tetap bermarwah.

Perlu kita kilas balik ingatan kita dengan hal yang selalu kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, anak-anak yang berada pada lampu merah disetiap pusat kota mencoba menyapu debu pada mobil-mobil mewah yang tak pernah mereka tumpangi, anak-anak yang tumbuh berkembang bersamaan dengan gitar kecilnya dan lagu-lagu yang sering ia dendangkan, anak-anak yang tumbuh dari asap jualan pinggir jalan bercampur dengan doa ibu yang menahan letih setiap harinya, bahkan anak-anak yang tak mengerti alfabet karena beberapa kali mencoba menulis di udara namun huruf-huruf itu terbang tak kemabali pulang, bukan mereka tak ingin sekolah tetapi ekonomi yang tidak mencukupi.

Maka jawaban untuk keresahan dan cara untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia yang bermartabat itu bermula dari langkah sederhana menghadirkan pendidikan gratis bagi anak-anak yang tak pernah merasakan bangku sekolah sama sekali. Kenapa perlu Pendidikan untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia? karena menurut Ki Hajar Dewantara “Pendidikan itu hanya suatu 'tuntunan' di dalam tumbuhnya anak- anak kita. Anak-anak itu sebagai makhluk hidup, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu”

Kutipan ini menegaskan bahwa tugas pendidikan bukanlah memaksa atau mengekang anak, melainkan menuntun dan mengarahkan potensi alami yang sudah ada dalam dirinya sejak dini, sehingga tumbuh menjadi pribadi merdeka, berbudi, dan bermanfaat bagi lingkungannya.

Seperti yang diberitakan melalui tulisan Riau Pos pada 10 Agustus 2025, tercatat 1.470 anak putus sekolah telah resmi terdaftar melalui Posyandu di setiap kelurahan untuk mengikuti program pendidikan gratis. Angka tersebut menjadi sebuah harapan, namun masih ada anak-anak lain yang perlu kita rangkul dengan Pendidikan, mereka yang sejak lahir yang tidak pernah disentuh pendidikan tetepi tidak itu saja penyentuhan literasi atau mengumpulkan anak-anak jalanan untuk membaca, karena pada dasarnya buku adalah jendela ilmu. 

Selain itu perlu ketahui Pendidikan bukan tentang buku dan bangku lalu menghasilkan SDM yang berkualitas, Perlu diketahui untuk menghasilkan SDM yang berkualitas yang akan memberi kontribusi untuk kota yang maju yaitu memerlukan guru yang berkualitas. Pendidikan gratis dan kesejahteraan guru harus bersanding bersamaan, guru harus mendapatkan penghargaan, karena tanpa guru maka mungkinkah lahirnya generasi yang berkualitas? Namun guru kita, yang berdiri di depan kelas dituntun sabar dengan menanggung beban ekonomi karena penghargaan atau gaji  tak mencukupi kehidupannya. Lalu apakah mungkin guru dapat melahirkan generasi yang tumbuh bermartabat, berkualitas dengan menahan beban ekonomi yang guru rasakan? perlu sekali mensejahterakanlah guru dengan gaji yang layak, pelatihan yang berkelanjutan, tempat yang nyaman agar kualitas murid lahir dari kualitas pengajar. Hakimi perayap besi dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia. 

Peristiwa kehilangnya material Tugu Zapin dan fasilitas umum membuat kita untuk membuka pikiran dan mata bahwasanya pembangunan kota yang maju bukan hanya melalui pembangunan fisik namun juga persoalan batin. Gedung tak masalah menjulang tinggi, namun peningkatan manusia yang berbudi pekerti harus lebih tinggi.

Pendidikan gratis, mensejahteraan kan guru dan penghayatan Tunjuk Ajar Melayu harus bersanding karena menuju kota maju dan bermarwah memerlukan manusia yang mulia maka lahirlah kota yang beradab, berbudaya, beradat, warisan melayu tetap terjaga. 


Tulisan ini hasil Lokakarya Menulis Artikel yang diselenggarakan oleh Rumah Baca Mentari Sago.

Menjadi Guru Bahagia

 


Nur Hikmah - Zaman sekolah dulu, pernahkah Anda merasa tidak menyukai sebuah pelajaran?Atau awalnya Anda tidak menyukai sebuah pelajaran karena gurunya, namun begitu gurunya ganti, Anda menjadi suka bahkan sangat suka dengan pelajaran itu? 

Mungkin banyak di antara kita yang mengalami kasus seperti ini, termasuk saya. Nah, sebagai seorang pendidik tentunya kita mau menjadi guru yang disenangi dan dirindukan oleh siswa kita bukan?

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menjadi guru bahagia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram. Semua orang dari segala umur, jenis kelamin bahkan kelas sosial yang berbeda berburu mencari yang namanya ‘bahagia’, termasuk seorang guru.

Menjadi guru bukan sekadar profesi, tetapi sebuah panggilan jiwa. Setiap hari, guru berhadapan dengan beragam karakter siswa, tuntutan administrasi, hingga ekspektasi orang tua. Semua itu terkadang bisa membuat lelah, bahkan membuat sebagian guru bertanya, “Apakah saya masih bahagia menjalani profesi ini?”


Mengapa Guru Harus Bahagia?

Kebahagiaan guru sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran dan tumbuh kembang siswa. Guru yang bahagia akan lebih sabar, kreatif, dan tulus dalam mendidik. Sebaliknya, guru yang merasa tertekan sering kali sulit memancarkan energi positif di kelas.. Ada juga pepatah yang mengatakan hanya orang bahagia yang dapat membahagiakan orang lain. Jika dikaitkan dengan profesi guru tentunya hanya guru yang bahagia yang dapat membahagiakan muridnya sehingga sekolah akan terasa sebagai sekolah yang membahagiakan, bukan sebaliknya.

Yakin dan percayalah, seorang guru yang selalu bahagia, para siswa akan semangat menyambut kehadirannya dengan bahagia. Alhasil ilmu yang diberikan dalam suasana bahagia dan ceria Insya Allah akan melekat di pikiran dan jiwa mereka. Lalu bagaimana menjadi guru bahagia? Berikut penulis akan membagikan beberapa tips:

  1. Bersyukur dan ikhlas

Ada narasi indah yang pernah pernah saya baca, “jangan menunggu bahagia dulu, baru bersyukur. Bersyukurlah maka Engkau akan bahagia.  Sumber kebahagian seorang guru adalah bersyukur.  Jalani profesi mulia ini dengan ikhlas tanpa merasa terbebani.

  1. Menemukan Makna di Balik Profesi

Guru bahagia adalah guru yang menyadari bahwa setiap interaksi dengan murid adalah investasi jangka panjang. Senyuman tulus seorang siswa, keberanian mereka menjawab pertanyaan, hingga doa yang keluar dari bibir polos anak-anak, adalah hadiah terbesar yang tidak ternilai dengan materi.

  1. Membangun Lingkungan Positif

Guru bahagia tidak berjalan sendiri. Mereka membangun jejaring dengan rekan sejawat, saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan tertawa bersama. Dukungan komunitas menjadi energi besar dalam menghadapi tantangan pendidikan.

  1. Megelola Ekspektasi

Tidak semua siswa akan langsung paham materi yang diajarkan, tidak semua orang tua akan sepakat dengan cara mendidik kita. Guru bahagia belajar menerima keterbatasan diri dan siswanya. Mereka fokus pada proses, bukan sekadar hasil.

  1. Menjaga Keseimbangan Hidup

Kebahagiaan guru juga datang dari keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Meluangkan waktu untuk keluarga, hobi, dan istirahat yang cukup adalah bentuk self-care yang akan membuat guru kembali bersemangat menghadapi kelas keesokan harinya.



Nurhikmah, Tulisan ini karya Peserta Lokakarya Menulis artikel yang diselenggarakan Rumah Baca Mentari Sago.

Literasi Digital untuk Ibu Rumah Tangga

 


Nola Nelfia - Ditengah kemajuan perkembangan teknologi saat ini, kemampuan menggunakan teknologi dan peralatan digital tidak hanya menjadi fokus bagi kalangan kantoran,remaja atau bahkan orang penting diluar sana, namun juga berlaku bagi ibu rumah tangga. Pergeseran teknologi di kalangan ibu rumah tangga dari sebatas radio dan televisi, sekarang sudah digantikan oleh android atau smartphone.



Penggunaan android atau smartphone dikalangan ibu rumah tangga saat ini sudah menjadi pemandangan yang biasa. Namun jika dilihat dari segi pemanfaatannya masih sangat terbatas tentang dunia maya ataupun bersosialisasi dan komunikasi antar teman melalui platform media sosial Literasi digital tidak hanya terbatas tentang kemampuan teknik dalam menggunakan suatu perangkat, namun bagaimana mengkolaborasikan kemampuan dalam memahami, memilah, dan menggunakan informasi secara bijak. Secara umum dilingkungan ibu rumah tangga terutama dengan baground pendidikan rendah dan ibu rumah tangga yang memasuki usia senja, literasi digital masih sangat terbatas. Banyak dari kalangan ibu rumah tangga yang masih kesulitan dalam menggunakan teknologi terkhusus android atau smartphone.

Kenapa ibu rumah tangga harus melek literasi digital?

Peran ibu dalam keluarga salah satunya adalah tempat untuk bertanya dan mendapatkan informasi, ibu rumah tangga dituntut tidak hanya cakap dalam mengurus rumah tangga, tetapi juga memiliki kemampuan literasi digital yang baik. Kemampuan ini penting agar ibu rumah tangga dapat mencari informasi yang relevan, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga parenting dalam keluarga. Dengan literasi digital, ibu rumah tangga juga dapat belajar banak hal tanpa harus keluar rumah dan tentunya lebih efektif dan efisien. Melek digital bukan hanya kebutuhan, tetapi juga bekal penting untuk mendampingi dan membimbing anak untuk mendapatkan sumber informasi yang tepat dan aman.

Bagaimana pemanfaatan literasi digital di rumah tangga?

Salah satu pemanfaatan literasi digital yakni dengan mengajarkan anak dalam penggunaan teknologi yang aman dan bertanggung jawab. Saat ini tidak jarang tugas sekolah yang memanfaatkan teknologi digital sebagai sumber rujukan. Jika seorang ibu rumah tangga memiliki kemampuan literasi yang bagus, akan membuka peluang dalam mencari materi pembelajaran yang edukatif untuk anak-anak.

Dengan memanfaatkan sumber daya digital, ibu rumah tangga dapat membantu anak-anak belajar dengan cara yang menarik dan menyenagkan. Pemanfaatan literasi digital yang optimal juga akan menciptakan lingkungan keluarga yang inofatif dan membantu meningkatkan kesadaran dalam penggunaan teknologi digital.

Bagaimana ibu rumah tangga memilih dan memilih informasi digital?

Kemampuan literasi yang baik dapat membantu ibu rumah tangga untuk memilah dan memilih informasi yang valid. Tidak jarang akibat kurangnya literasi para ibu rumah tangga sering kali mendapatkan informasi hoax bahkan menimbulkan kerugian untuk diri sendiri bahkan orang lain.

Derasnya arus informasi digital, ibu rumah tangga memegang peran strategis sebagai penyaring utama berbagai informasi yang masuk ke dalam lingkup keluarga. Namun, tantangan muncul ketika rendahnya literasi digital menyebabkan banyak dari mereka kesulitan membedakan antara fakta dan hoak. Sering kali, informasi yang dikemas secara emosional atau berasal dari lingkungan sosial yang dekat diterima mentah-mentah tanpa verifikasi. Padahal, keputusan yang mereka ambil baik terkait kesehatan, pendidikan anak, hingga gaya hidup sangat bergantung pada akurasi informasi yang dikonsumsi. Oleh karena itu, penting bagi ibu rumah tangga untuk mengembangkan nalar kritis dan kebiasaan memeriksa kebenaran informasi, sekaligus didukung oleh edukasi literasi digital yang kontekstual dan mudah diakses. Tanpa kemampuan ini, ibu rumah tangga berisiko menjadi sasaran disinformasi yang dampaknya bisa merambat luas dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Menempatkan ibu rumah tangga sebagai bagian penting dalam literasi digital bukan lagi suatu hal

sederhana, mereka sebenarnya punya pengaruh besar dalam membentuk pola pikir dan sikap anggota keluarga terhadap informasi. Ketika ibu-ibu dibekali kemampuan untuk berpikir kritis, memilah sumber informasi yang valid, dan tidak mudah terpapar oleh informasi yang menyesatkan. Literasi digital bukan soal melek teknologi semata, tapi soal keberanian untuk bertanya, memverifikasi, dan tidak asal percaya. Karena pada akhirnya, ibu rumah tangga yang melek informasi adalah fondasi bagi keluarga yang tangguh di tengah derasnya arus digital yang tak selalu membawa kebenaran.


Nola Nelfia- Peserta Lokakarya Menulis Artikel bersama Rumah Baca Mentari Sago

Bagaimana Literasi Bahagia?

 


  Salmi - Gerakan literasi  Riau akhir-akhir ini sangat  dianjurkan khususnya  di Pekanbaru, gerakan ini Alhamdulillah sangat disambut baik oleh pemerhati  literasi yang ada di Riau , khususnya para pendidik, forum-forum dan komunitas literasi. Hal ini di perkuat oleh Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti  merupakan  dasar hukum utama untuk Gerakan Literasi Nasional (GLN).  


Mengapa pemerintah mengeluarkan permen tentang literasi?   hal ini  tentu ada pemicunya. Perkembangan Teknologi  selain punya pengaruh positif tapi juga punya dampaknya . Salah satunya dampak kemajuan teknologi  kita lihat perilaku dan pemahaman anak-anak sekolah dirasa sangat kurang  dalam membaca  dan aktifatas literasi sangat minim, akibatnya sangat berpengaruh pada perilaku anak didik di sekolah-sekolah. Banyak para guru mengeluhkankan perilaku anak-anak yang menyimpang, susah diatur, malas belajar , malas membaca,  Pembullyan daya ingat menurun, hasil pembelajaran berkurang dan malas beraktifas sesuai dengan usianya. Begitu juga orang tua banyak yang mengeluh perilaku anak-anak mereka, banyak yang nggak mau nurut dan melawan sama orang tua, perilaku emosi  berlebihan dan bayak lainnya, bahkan  ada juga  teman guru yang melaporkan  di sekolahnya ada perilaku yang menyimpang yang tidak semestinya dilakukan seorang pelajar, ini sangat memprihatinkan kita semua.

Bagaimana Literasi Bahagia?

  Tempat saya mengajar  di sebuah sekolah swasta, juga mempunyai masalah yang tak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain, dirasa sekali penurunan pada perilaku , masih banyak anak yang tinggal sholat, masih ada yang membully , hasil belajar dan literasi anak-anak juga menurun . Di rapat KKG guru selalu dibahas permasalahan anak, begitu juga pertemuan  orang tua setiap semester juga selalu dibahas perilaku anak dan bagaimana memperbaikinya  . Bagaimana  emosi , ucapan, bully-an  tidak menjadi perilaku yang biasa bagi  anak-anak, tetapi  dianjurkan melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik setiap hari, dibuatlah  program-program dalam mendukung gerakan literasi.

Para guru harus RAKER (Rapat Kerja) membuat program literasi bahagia untuk anak-anak. Dibuat tim-tim kerja yang serius  untuk merumuskan kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mendukung kegiatan literasi  bahagia di sekolah.  Contoh program Literasi Bahagia :

  1. Program  5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan,Santun)

  2. Program Literasi Bahagia( belajar karakter selama 2 pekan ) dilaksanakan awal sekolah tentu di usahakan dengan program yang menyenangkan.

  3. Program aqidah momen  setiap hari 10 menit sebelum memulai pembelajaran

  4. Program Rohani Islam

  5. Program parenting dll.

Program literasi bahagia harus konsisten dilaksanakan, poin- poin di atas hanya beberapa contoh saja sebagai salah satu program Literasi , kalau tidak dilaksanakan, secara berkesinambungan dengan metode yang menyenangkan usaha kita akan sia-sia dan tidak ada hasilnya.  Semoga literasi di Riau semakin sukses kedepannya, menghasilkan generasi yang ditunggu- tunggu untuk menjadikan Riau lebih baik kedepannya.


Tulisan ini hasil karya peserta Lokakarya Menulis Artikel Bersama Rumah Baca Mentari Sago