kalau cerdik tidak beriman,
lambat laun menjadi setan
kalau pandai tidak beradat,
lambat laun hidup kan sesat
kalau berilmu tidak bertakwa,
banyaklah kerja tidak berfaedah
kalau berilmu tidak beragama,
banyaklah kerja tidak semenggah.
Sejatinya, bagi siapa pun yang berpijak di bumi Lancang Kuning, pedoman hidupnya tak lain adalah Tunjuk Ajar Melayu. Budayawan terkenal di Riau. Namun dirasa sangat tepat sekali Tunjuk Ajar diatas menggambarkan kemirisan pada kota ini, iya kota Pekanbaru. Mari kita kilas balik apakah kalian masih ingat, berita yang ditulis RiauPos pada awal Februari 2025 bahwa besi-besi Tugu Zapin di pusat kota Pekanbaru kembali hilang? Lalu ada juga tiga hari yang lalu cakaplah.com menginformasikan berita buruk seharusnya ini tidak terjadi, media cakaplah.com menulis dengan berjudul “Diduga Digondol Rayap Besi, RPPJ di Jalan Sudirman Pekanbaru Hilang”. Penggondolan Rambu Pendahuluan Petunjuk Jurusan hilang digondol manusia yang pikirannya disetir oleh kelaparan perut hingga melalukan hal yang tercela. Ada pula lagi-lagi saya paparkan dari media Cakaplah.com menuliskan dengan judul “Marak Pencurian Besi Fasilitas Umum, DPRD Pekanbaru : Ada Kelalian”. Miris sekali tidak Sumber Daya Manusia kita?
Tetapi apakah benar hanya masalah pencurian saja, ataukah cermin yang memantulkan rapuhnya kualitas manusia kita? Tugu yang mestinya dijaga, fasilitas umum yang pada dasarnya milik bersama justru malah tercecer, dipreteli oleh tangan yang haus pada rongsok, oleh pikiran yang jauh pada sentuhan cahaya pendidikan. Fasilitas Umum habis di Rayap oleh mereka yang sedang kehausan dan kelaparan bukan?. Mana yang lebih penting menurut kalian cara menangani masalah diatas? Apakah dengan memberi pagar yang lebih tinggi pada sekeliling Tugu Zapin tersebut? Atau Memperbaiki pembangunan semakin megah atau kita sepakti saja yang perlu diperbaiki yaitu Sumber Daya Manusia yang lebih bermatabat.
 |
| Dok. Riaumandiri.com |
Kejadian hilangnya besi-besi Tugu Zapin, Fasilitas Umum bukan sekedar lambang kota Pekanbaru, bukan hanya masalah kerugian proyek saja, tetapi kita perlu menyadari bahwa kejadian ini mencerminkan rendahnya moral dan akhlak manusia kita, solusi dari masalah ini semua bukan hanya pembangunan Tugu Zapin, Fasilitas Umum yang diperbaiki lebih indah, lebih megah agar kota terlihat lebih bermarwah, tetapi kita perlu memperbesar investansi dalam pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan manusia yang penuh rasa tanggung jawab menjaga warisan, lambang budaya agar tetap bermarwah.
Perlu kita kilas balik ingatan kita dengan hal yang selalu kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, anak-anak yang berada pada lampu merah disetiap pusat kota mencoba menyapu debu pada mobil-mobil mewah yang tak pernah mereka tumpangi, anak-anak yang tumbuh berkembang bersamaan dengan gitar kecilnya dan lagu-lagu yang sering ia dendangkan, anak-anak yang tumbuh dari asap jualan pinggir jalan bercampur dengan doa ibu yang menahan letih setiap harinya, bahkan anak-anak yang tak mengerti alfabet karena beberapa kali mencoba menulis di udara namun huruf-huruf itu terbang tak kemabali pulang, bukan mereka tak ingin sekolah tetapi ekonomi yang tidak mencukupi.
Maka jawaban untuk keresahan dan cara untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia yang bermartabat itu bermula dari langkah sederhana menghadirkan pendidikan gratis bagi anak-anak yang tak pernah merasakan bangku sekolah sama sekali. Kenapa perlu Pendidikan untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia? karena menurut Ki Hajar Dewantara “Pendidikan itu hanya suatu 'tuntunan' di dalam tumbuhnya anak- anak kita. Anak-anak itu sebagai makhluk hidup, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu”.
Kutipan ini menegaskan bahwa tugas pendidikan bukanlah memaksa atau mengekang anak, melainkan menuntun dan mengarahkan potensi alami yang sudah ada dalam dirinya sejak dini, sehingga tumbuh menjadi pribadi merdeka, berbudi, dan bermanfaat bagi lingkungannya.
Seperti yang diberitakan melalui tulisan Riau Pos pada 10 Agustus 2025, tercatat 1.470 anak putus sekolah telah resmi terdaftar melalui Posyandu di setiap kelurahan untuk mengikuti program pendidikan gratis. Angka tersebut menjadi sebuah harapan, namun masih ada anak-anak lain yang perlu kita rangkul dengan Pendidikan, mereka yang sejak lahir yang tidak pernah disentuh pendidikan tetepi tidak itu saja penyentuhan literasi atau mengumpulkan anak-anak jalanan untuk membaca, karena pada dasarnya buku adalah jendela ilmu.
Selain itu perlu ketahui Pendidikan bukan tentang buku dan bangku lalu menghasilkan SDM yang berkualitas, Perlu diketahui untuk menghasilkan SDM yang berkualitas yang akan memberi kontribusi untuk kota yang maju yaitu memerlukan guru yang berkualitas. Pendidikan gratis dan kesejahteraan guru harus bersanding bersamaan, guru harus mendapatkan penghargaan, karena tanpa guru maka mungkinkah lahirnya generasi yang berkualitas? Namun guru kita, yang berdiri di depan kelas dituntun sabar dengan menanggung beban ekonomi karena penghargaan atau gaji tak mencukupi kehidupannya. Lalu apakah mungkin guru dapat melahirkan generasi yang tumbuh bermartabat, berkualitas dengan menahan beban ekonomi yang guru rasakan? perlu sekali mensejahterakanlah guru dengan gaji yang layak, pelatihan yang berkelanjutan, tempat yang nyaman agar kualitas murid lahir dari kualitas pengajar. Hakimi perayap besi dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia.
Peristiwa kehilangnya material Tugu Zapin dan fasilitas umum membuat kita untuk membuka pikiran dan mata bahwasanya pembangunan kota yang maju bukan hanya melalui pembangunan fisik namun juga persoalan batin. Gedung tak masalah menjulang tinggi, namun peningkatan manusia yang berbudi pekerti harus lebih tinggi.
Pendidikan gratis, mensejahteraan kan guru dan penghayatan Tunjuk Ajar Melayu harus bersanding karena menuju kota maju dan bermarwah memerlukan manusia yang mulia maka lahirlah kota yang beradab, berbudaya, beradat, warisan melayu tetap terjaga.
Tulisan ini hasil Lokakarya Menulis Artikel yang diselenggarakan oleh Rumah Baca Mentari Sago.